Istilah killing space dalam konteks pelayaran, khususnya pengiriman kontainer, merujuk pada ruang yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam kapal. Istilah “killing space” biasanya lebih sering digunakan dalam percakapan informal atau sebagai istilah teknis yang tidak umum dalam literatur formal pelayaran. Istilah terkait efisiensi ruang dalam pengiriman kontainer, sering kali istilah seperti “dead space” atau “unused space” digunakan untuk merujuk pada ruang yang tidak dapat dimanfaatkan secara efektif.
Terutama dalam kasus kargo yang memiliki dimensi lebih besar dari standar, atau yang sering disebut sebagai kargo “over dimension”, pengaturan dan perlindungan kargo ini menjadi sangat penting. Salah satu solusi efektif yang dapat diterapkan adalah penggunaan flat rack container, yang sesuai untuk memaksimalkan ruang stowage di bawah dek kapal dan melindungi kargo dari elemen cuaca. Flat rack container memberikan fleksibilitas untuk memuat barang-barang dengan dimensi yang tidak biasa. Misalnya, heavy equipment seperti dozer, speed boat, power transformer, atau turbin yang dapat dimuat dengan mudah tanpa harus khawatir tentang batasan dimensi yang biasanya diterapkan pada kontainer standar.
Flat rack container adalah jenis kontainer yang memiliki struktur terbuka tanpa dinding samping, sehingga memudahkan dalam memuat kargo dengan dimensi besar. Ada dua jenis flat rack: yang dapat dilipat dan yang tidak dapat dilipat. Kontainer ini dirancang khusus untuk menampung barang-barang berukuran besar dan berat, seperti mesin industri, peralatan konstruksi, dan bahkan kendaraan. Dengan desainnya yang sederhana, flat rack container memungkinkan proses muat dan bongkar menjadi lebih cepat dan efisien. Berbeda dengan container standar, flatrack memungkinkan penempatan kargo secara horizontal tanpa dibatasi oleh dimensi tinggi yang sering kali menjadi masalah saat menggunakan container biasa.
Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kargo berukuran besar. Kargo berukuran besar biasanya mencakup barang-barang yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kontainer standar, seperti mesin berat, peralatan konstruksi, atau bahan bangunan besar. Pengangkutan barang-barang ini memerlukan perhatian khusus dan sering kali juga membutuhkan peralatan tambahan untuk penanganan. Ruang yang tersedia di dalam kontainer tidak selalu cukup untuk menampung semua jenis barang. Hal ini memaksa pengirim untuk mencari alternatif lain untuk pengangkutan, yang bisa menyebabkan biaya tambahan dan waktu yang lebih lama dalam proses pengiriman.
Selain tantangan dalam proses pengiriman itu sendiri, pengangkutan kargo berukuran besar juga dapat memberikan beban tambahan pada infrastruktur pelabuhan. Pelabuhan dirancang untuk menangani kontainer standar, dan kadang-kadang tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk menangani pengangkutan barang-barang besar ini. Sebagai contoh, banyak pelabuhan yang tidak memiliki crane khusus yang mampu mengangkat barang-barang berat. Ini berarti bahwa barang-barang tersebut harus diangkut dengan cara lain, yang bisa menambah waktu tunggu dan mempengaruhi efisiensi operasional pelabuhan.
Dalam konteks pengiriman menggunakan flatrack container, kadang harus menggunakan beberapa flatrack contaner agar ruang cargo cukup untuk menempatkan dan securing atau lasing cargo tersebut, namun hal ini menyebabkan ruang diatas container flatrack tersebut tidak dapat digunakan, dan ini orang sering sebut sabagai killing space. bagi pelayaran ini merugikan jika ada space yang tidak effesien, oleh sebab itu kadang beban killing space itu dibebankan kepada pelanggan yang memanfaatkan dead space tadi.
Flatrack containers dirancang untuk mengangkut kargo berukuran besar atau berbentuk tidak reguler, seperti alat berat atau material proyek, yang memang membutuhkan ruang tambahan untuk penempatan, securing, atau lashing kargo. Namun, konsekuensi dari penggunaan ruang ekstra ini sering kali adalah terciptanya “killing space” atau ruang tidak terpakai, terutama di area atas atau sekitar kontainer.
Dari perspektif pelayaran, killing space memang dianggap sebagai kerugian karena mengurangi efisiensi penggunaan ruang kapal secara keseluruhan. Untuk mengimbangi potensi kerugian tersebut, perusahaan pelayaran kadang-kadang membebankan biaya tambahan kepada pelanggan. Biaya ini biasanya dihitung berdasarkan ruang yang “hilang” atau tidak dapat digunakan akibat karakteristik kargo tersebut. Kondisi ini menjadi penting untuk diperhatikan dalam negosiasi awal antara pengirim dan pihak pelayaran. Hal ini memungkinkan untuk menyesuaikan tarif agar mencakup potensi killing space. Selain itu, optimalisasi pengaturan kargo dan perencanaan muatan dapat menjadi strategi untuk meminimalkan ruang yang tidak efisien.